Sabtu, 10 November 2012

Pemain Sepakbola Eropa Keturunan Indonesia

Pemain Sepak Bola Berbakat Keturunan Indonesia


 Kenapa Maluku identik dengan timnas Belanda? Jika kita menguraikan panjang lebar maka kita akan memulainya dari titik sejarah penjajahan Belanda yang beratus-ratus tahun di Indonesia. Istilah “Belanda Hitam” untuk orang Maluku yang dipecayai sebagai kasta kelas dua dalam tentara KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger) adalah sebuah ikatan sejarah masa lalu.
Keterlibatan orang Maluku sebenarnya sudah ada sejak Piala Dunia pertama tahun 1938. Saat itu kesebelasan Hindia-Belanda, Dari daftar pemain Hindia-Belanda di Piala Dunia 1938, terseliplah beberapa pemain Maluku seperti Hans Taihuttu, Frederik Hukom dan Tjaak Pattiwael. Ketiga pemain Maluku ini berbaur bersama pemain dari Jawa (Nawir dan Suvarte Soedermadji), Tionghoa (Tan Djien, Bing Mo Heng, Tan Se Han dan Tan Mo Heng) serta pemain asli Belanda seperti Beuzekom dan Henk Sommers. Jadi  kalau di lihat timnas Belanda multiras seperti sekarang ini, sebenarnya itu sudah terbentuk sejak awal.
Keterlibatan orang Maluku di timnas Belanda pada era modern tidak lepas dari sosok Simon Melkianus Tahamata. Selama bermain, pemain kelahiran Vught Belanda pada 1956 silam ini berposisi di sayap kiri. Simon merupakan putra asli Maluku. Dia sudah memperkuat timnas Belanda sebanyak 22 kali dan mencetak dua butir gol. Setelah gantung sepatu akhir 90-an, Simon sibuk menjadi pelatih di Ajax junior. Simon mengawali karier bersama Ajax pada musim 1976/77. Karena cedera, dia sempat absen selama dua musim dan kembali membela Klub Anak-anak Dewa itu di musim 1979/80, dan hingga akhir musim dia mampu mengemas 17 gol. Namun, setelah malang melintang di Divisi Utama Belanda, Simon kemudian hijrah ke kompetisi Belgia (Standar de Liege) musim 1982/83. 1984 dia kembali ke Belanda dan merumput bersama Feyenoord Roterdam.
Entah mengapa, Simon kembali ke kompetisi utama di negara tetangga Belanda itu dan membela panji-panji Beerschot dan Germinan Ekeren di Standart de Liege. Tapi seiring perjalanan waktu, merasa tak puas di kompetisi Belgia, Simon mencoba peruntungan di karpet Timur Tengah dan memilih berbaju klub Arab Saudi, Al-Ahli sebelum kembali ke negeri kelahirannya —Belanda— pada akhir 1987. Pulang dari Tanah Arab, Simon membela Feyenoord Roterdam dan mengakhiri karier di markas De Kuip pada 1996 silam. Semasa jayanya Simon ikut dipanggil membela timnas Belanda selama hampir delapan tahun, yakni dari 1979 hingga 1986. Ia pun masuk armada Belanda untuk penyisihan Piala Dunia 1982 Spanyol dan 1986 Meksiko.

Bryan Roy, eks Timnas Belanda di Piala Dunia 1994 dan 1998—-yang mengaku punya darah Maluku–menuturkan bahwa saat masih muda, dirinya pernah mendengar kalau Simon Tahamata, yang juga legenda Ajax, pernah ditolak pemerintah Indonesia di jaman Menteri Kehakiman, Ali Sadikin. Padahal, kata Roy, setelah mencermati sepak terjang dan prestasi tim nasional selama hampir 10 tahun terakhir, ide mendatangkan Simon Tahamata bukan sesuatu yang tabu. Karena Simon adalah satu-satunya pemain berdarah Maluku, yang peduli dengan pemerataan sepak bola di negara ketiga, seperti Indonesia. Sungguh amat disayangkan!
Ada sebuah kebanggaan bagi beberapa kerabat yang tinggal di Maluku, jika pemain yang masih mempunyai tali persaudaraan ikut bermain di even tertinggi seperti piala dunia. Beberapa marga Silooy yang banyak tinggal di daerah Latuhalat dan Amahusu tetap mempunyai cerita turun temurun untuk anak cucu mereka karena keikutsertaan Sony Silooy di piala dunia 1994.

Tapi tidak ada yang paling membanggakan selain marga Sapulette, dari desa Ulath, Pulau Saparua Maluku Tengah. Ya, Sapulette adalah marga asli ibu dari kapten timnas Belanda di Piala Dunia 2010 sekarang, Giovanni van Bronckhoorst. Dari semua pemain keturunan Maluku, tidak ada yang bisa mencapai prestasi tertinggi dari Gio (nama panggilan). Ban Kapten tentunya sebuah kebanggaan dan tentunya bukan asal-asalan kepercayaan itu diberikan pelatih Bart van Marwijk. Pengalaman bermain bersama Feyenoord, Celtic, Arsenal dan ikut memberi andil merebut trofi Liga Champions bersama Barcelona adalah pencapaian luar biasa.

Piala Dunia 2010 di Afsel juga mempunyai catatan tersendiri di hati orang Maluku. Selain kapten timnas Belanda adalah pemain keturunan Maluku pertama, pada pertandingan Belanda melawan Denmark, empat pemain pemain keturunan Maluku bermain bersama yaitu Giovanni van Bronckhoorst, Johny Heitingga, Demy de Zeeuw dan Nigel de Joong. Belum lagi masih ada striker Robin van Persie, meskipun ia keturunan Jawa (neneknya).
Inilah Daftar Pemain-pemain keturunan Indonesia:
1. Donovan Partosoebroto (kiper). Pemain berusia 18 tahun ini kini membela tim Ajax junior.
Pemain ini berposisi sebagai kiper. Dia kini bermain di Ajax Junior. Sejak usia delapan tahun dia sudah dilirik oleh tim pencari bakat Ajax. Kini dia berusia 18 tahun. Ayahnya merupakan orang Indonesia yang beristrikan warga negara Belanda. Donovan mempunyai kembaran yang juga seorang pemain bola, namanya Vincent Partosubroto. Vincent adalah seorang penyerang, dia bermain di Klub FC Hoofdorp
2. Lucien Sahetapy. Pemain dengan posisi bek tengah ini pada awalnya bermain di klub Groningen pada tahun 1993. lalu pindah ke tim Divisi 1 Liga Belanda, BV Veendam.
3. Raphael Tuankotta. Pemain muda berusia 22 tahun ini kini memperkuat BV Veendam Junior.
4. Estefan Pattinasarany. Pemain ini baru berusia 18 tahun dan kini masih memperkuat AZ Alkmaar Junior.
5. Michael Timisela. Pemain ini merupakan pemaian muda berbakat yang dimiliki tim Ajax Amsterdam. Di usianya yang memasuki 20 tahun, pemain kelahiran Paramaribo, Suriname ini telah menembus masuk ke tim utama Ajax.
6. Christian Supusepa. Pemain muda berusia 19 tahun ini, kini memperkuat tim Ajax Junior.
7. Justin Tahapary. Pemain kelahiran 23 Mei 1985 ini sejak tahun 2004 telah memperkuat FC Eindhoven.
8. Marvin Wagimin. Pemain yang baru berusia 18 tahun ini masih memperkuat tim VVV-Venlo di Divisi 1 Liga Belanda.
9. Peta Toisuta. Pemain berdarah Maluku ini kini memperkuat tim Zwolle di liga Belanda.
10. Tobias Waisapy. Pemain berusia 18 tahun ini kini memperkuat tim Feyenord Junior.
11. Jefrey Leiwakabessy. Bek kiri kelahiran Arnhem ini sejak tahun 1998 telah memperkuat NEC Nijmegen, dan sempat mencicipi Timnas Junior Belanda.
12. Raymon Soeroredjo. Pemain kelahiran Oss 18 tahun yang lalu ini kini memperkuat tim Vitesse Junior.
13. Yoram Pesulima. Bek kiri kelahiran 9 Maret 1990 ini kini memperkuat tim Vitesse Junior.
14. Raphael Supusepa. Gelandang kiri yang lahir di kota Wormerveer ini kini memperkuat tim MVV Maastricht. Pemain jebolan Ajax ini sebelum bermain di MVV sempat bermain di tim Excelsior dan Dordrecht.
15. Levi Risamasu. Pemain kelahiran Nieuwerkerk ini pernah memperkuat NAC Breda selama 4 musim sebelum pindah ke tim AGOVV Divisi 1 Liga Belanda.
16. Marciano Kastoredjo. Gelandang yang juga bisa berperan sebagai bek kiri ini sebelum bergabung bersama tim De Graafschap pernah bergabung bersama tim Utrecht Junior.
17. David Ririhena. Bek ataupun gelandang kiri mampu dijalani oleh pemain yang kini memperkuat TOP Oss di divisi satu Liga Belanda.
18. Joas Siahaija. Gelandang tengah kelahiran Maastricht 22 tahun yang lalu ini kini memperkuat kota kelahirannya, MVV.
19. Irfan Bachdim. Skuad inti tim FC Utrecht Junior A.
20. Radja Nainggolan bermain di Cagliari, pinjaman dari tim Germinal B. di Liga Belgia.
21. Ignacio Tuhuteru. Pemain senior berusia 33 tahun ini kini memperkuat Go Ahead Eagles. Sebelumnya pemain jebolan Ajax Junior ini sempat malang melintang di beberapa klub seperti RBC Roosendaal, Dalian Shide China, Sembawang Singapura, Zwolle, Heerenveen, dan FC Groningen.
22. Ferdinand Katipana. Pemain kelahiran Amersfoort 26 tahun silam ini sebelum bergabung bersama Haarlem, sempat bergabung di tim Utrecht Junior dan Cambur Leeuwarden.

Jumat, 09 November 2012

Free Download PES 2013

Free Download Games PES 2013 Full Version ( PC )




Kali ini saya akan membuat artikel mengenai Free Download Games PES 2013 Full Version ( PC )
Silahkan liat juga postingan artikel saya sebelumnya yang berjudul:
Langsung saja tanpa basa basi, Kali ini saya akan membuat artikel dengan judul :
Free Download Games PES 2013 Full Version ( PC )

Pro Evolution Soccer 2013 Merupakan game Sport yang diterbitkan KONAMI pada 20 september 2012 lalu, game ini merupakan game versi terbaru dari seri game PES ( Pro Evolution Soccer ) setelah versi PES 2012, game ini sangat dinantikan oleh para pencinta  game PES karena kualitas gambar yang sangat baik, dengan detail karakter yang sangat otentik dengan aslinya serta update pemain pada masing-masing tim yang terbaru sama dengan tim sepakbola aslinya, tentunya sahabat wizyuloverz sudah tidak asing dengan mode permainan game yang satu ini, dan jangan lupa, game ini harus didukung penuh dengan spesifikasi komputer yang sangat baik agar kita bisa menikmati game PES 2013 ini dengan sempurna. Karena salah satu sahabat wizyuloverz menginginkan game ini, maka pada kesempatan kali ini saya akan berbagi Game Pro Evolution Soccer 2013 Full Version yang dapat kita mainkan di komputer atau laptop, silahkan download gamenya dibawah.

Berikut Spesifikasi Untuk Bermain Pro Evolution Soccer 2013

MINIMUM SYSTEM REQUIREMENTS :
  • OS: Windows® XP SP 3 (32-64 bits) / Windows Vista® (32-64 bits) / Windows 7® (32-64 bits)  
  • CPU: (Minimum) Intel Pentium IV 2.4GHz or equivalent processor (Recommended) Intel Core2 Duo 2.0GHz or equivalent processor  
  • Memory: (Minimum) 1 GB RAM (Windows XP) / 1 GB (Windows Vista and Windows 7) (Recommended) 2 GB for Windows ® XP, 2 GB for Vista / Windows ® 7  
  • Video Memory:(Minimum) DirectX 9.0c compatible video card. 128MB Pixel Shader 3.0 (NVIDIA GeForce 6200 / ATI Radeon X1300 / Intel HD Graphics 2000/3000) (Recommended) DirectX 9.0c compatible video card. 512MB Pixel Shader 3.0 (NVIDIA GeForce 7900 or AMD/ATI Radeon HD2400 or better)  
  • HDD : 8 GB of free Hard Drive Space
Berikut Adalah Screenshot Pro Evolution Soccer 2013


Berikut Adalah Link Untuk Download Games PES 2013 Full Version ( PC )
Link UpAfile ( 5.76 GB )
Password : Lihat Disini
Part 1 -- Part 2 -- Part 3 -- Part 4 -- Part 5 -- Part 6

Download Cara Installasi + Serial Number
Klik Disini

Mirror

Link Terbaru 19 Oktober 2012 PES 2013 Full Version ( 5.76 GB )

Password : Lihat Disini
Part 1 -- Part 2 -- Part 3 -- Part 4 -- Part 5 -- Part 6 -- Part 7

Part 8 -- Part 9 -- Part 10 -- Part 11 -- Part 12 -- Part 13


Perbaikan Link 19 Oktober 2012 PES 2013
Password : wizyuloverz
Klik Disini
+
Crack

Download Cara Installasi + Serial Number
Klik Disini

Link Terbaru 26 Oktober 2012 PES 2013 Full Version
Single Link ( 5.76 GB )
Klik Disini
Apabila Ada Link Download Rusak Atau Bermasalah Silahkan Berikan Komentar, Saya Akan Berikan Link Download yang Baru
NB : File Pada Link Download Pertama Dan Link Ke Dua Berbeda Oleh Sebab Itu, Cara Installasi Link Pertama Dan Link Ke Dua Pun Berbeda Dan Serial Number Yang Berbeda.

Kamis, 08 November 2012

Biografi Sir Alex Ferguson

Bagi para penggemar Manchester United, pasti sudah mengetahui siapa nama pelatihnya, ya siapa lagi kalau bukan Sir Alex Ferguson. Pelatih yang tetap setia kepada MU, dan telah banyak memberikan gelar bagi tim yang berjuluk The Red Devils tersebut. Pelatih asal Skotlandia ini, bisa dibilang kunci sukses Wayne Rooney dan kawan-kawan, bisa mencapai kesuksesan hingga saat ini. Ferguson merupakan salah satu pelati hebat, kepandaiannya dalam meracik dan mengatur strategi tidak usah diragukan lagi. Ferguson juga sukses menjadikan pemain yang biasa menjadi luar biasa, lewat binaan yang ia lakukan, seperti contohnya pemain yang menjadi terkenal sejak berkostum MU yaitu Cristian Ronaldo. Pelatih yang memiliki nama lengkap Sir Alexander Chapman "Alex" Ferguson ini, lahir di 31 Desember 1941 di Govan, Glasgow. Bagi anda Manchunian, ingin mengetahui Profil Pelatih, Riwayat Hidup, Perjalanan Karier, Kehidupan Pribadi, dan Biografi lengkap dari pelatih Manchester asal Skotlandia ini. Berikut Profiles dan Biografi lengkap dari Sir Alex Ferguson.


Profil Dan Biodata Lengkap Sir Alex Ferguson



Informasi Pribadi

Nama lengkap : Alexander Chapman Ferguson
Tanggal kelahiran : 31 Desember 1941 (umur 69)
Tempat kelahiran : Glasgow, Skotlandia
Posisi bermain : Striker (telah pensiun)

Informasi klub

Klub saat ini Manchester United (pelatih)

Karier senior

Tahun Tim Tampil (Gol)
1957–1960 Queen's Park 32 (11)
1960–1964 St. Johnstone 37 (19)
1964–1967 Dunfermline Athletic 88 (66)
1967–1969 Rangers 41 (25)
1969–1973 Falkirk 106(37)
1973–1974 Ayr United 24 (9)

Kepelatihan

1974 East Stirlingshire
1974–1978 St. Mirren
1978–1986 Aberdeen
1985–1986 Skotlandia
1986– Manchester United

Profil Alex Ferguson



Sir Alexander Chapman "Alex" Ferguson CBE (lahir 31 Desember 1941 di Govan, Glasgow) adalah seorang pelatih dan mantan pemain sepak bola berkebangsaan Skotlandia, yang saat ini sedang menangani Manchester United F.C., di mana dia telah bertugas lebih dari 1000 pertandingan. Dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik dalam permainan, dia telah memenangkan lebih banyak trofi daripada pelatih manapun sepanjang sejarah sepak bola Inggris. Dia telah menangani Manchester United sejak tanggal 6 November 1986 sampai sekarang, menggantikan Ron Atkinson. Di Manchester United, Sir Alex menjadi pelatih tersukses dalam sejarah sepak bola Inggris, dengan memimpin tim memenangkan 10 gelar juara liga. Pada 1999, dia menjadi pelatih pertama yang membawa tim Inggris meraih treble dari Liga Utama, Piala FA and Liga Champions UEFA. Juga menjadi satu-satunya pelatih yang memenangkan Piala FA sebanyak 5 kali, Fergie juga menjadi satu-satunya pelatih yang berhasil memenangkan gelar Liga Inggris sebanyak 3 kali berturut-turut bersama tim yang sama (1998-1999, 1999-2000 and 2000-2001). Pada 2008, dia bergabung bersama Brian Clough (Nottingham Forest) dan Bob Paisley (Liverpool) sebagai pelatih Britania yang pernah memenangkan kejuaraan Eropa sebanyak lebih dari satu kali.


Awal karier

Alexander Chapman Ferguson lahir dari pasangan Alexander Beaton Ferguson, seorang buruh pekerja galangan kapal dengan Elizabeth Hardie. Ia menghabiskan masa kecilnya di daerah Govan,Skotlandia
bersama adiknya Martin Ferguson.

Karier Klub

Karier sepak bola Ferguson dimulai ketika ia bergabung dengan klub amatir Queens Park pada umur 16 tahun. Berposisi sebagai penyerang ia mencetak 20 gol pada musim debutnya dan pindah pada musim berikutnya ke klub amatir St. Johnstone. Di klub barunya, Ferguson mengejutkan publik dengan mencetak hattrick melawan klub idolanya Glasgow Rangers. Performanya membuat ia dikontrak profesional oleh Dunfermline. Pada musim pertamanya Ferguson berhasil mencapai final Piala Skotlandia melawan Glasgow Celtic akan tetapi kalah 3-2. Ferguson sendiri tidak tampil dalam final karena penampilan buruknya ketika melawan St. Jonstone pada pertandingan sebelumnya. Musim keduanya bersama Dunfermline, ia berhasil keluar sebagai pencetak gol terbanyak Liga Skotlandia bersama Joe McBride dengan 31 gol. Prestasi ini akhirnya mengantarkan Ferguson ke klub impiannya sejak kecil, Glasgow Rangers. Masa-masa di Rangers ternyata tidak menyenangkan Ferguson. Ia sering dicadangkan dan berlatih dengan tim junior. Hal ini membuat Fergie tidak betah dan hanya bertahan 2 musim bersama Rangers. Ia kemudian ditawari pindah oleh klub Inggris, Nottingham Forest. akan tetapi istrinya, Cathie tidak menyetujui kepindahan mereka ke Inggris. Ia lalu memilih untuk pindah ke klub Falkirk. Ferguson dipromosikan sebagai pelatih merangkap pemain. Namun tak lama kemudian jabatannya digantikan oleh John Prentice. Ferguson kemudian memilih untuk pindah ke Ayr United dimana ia bermain disana sampai pensiun sebagai pemain pada 1974. Sebagai pemain Ferguson telah mencetak total 170 gol dalam 317 pertandingan.

Karier Manajerial

East Stirlingshire (1974)

Pada bulan Juni tahun 1974, sesaat setelah ia pensiun sebagai pemain, Ferguson ditunjuk sebagai manajer paruh waktu unutk East Stirlingshire pada usia 32 tahun. Kariernya di East Stirlingshire hanya bertahan sebentar karena pada bulan Oktober 1974 ia menerima pinangan St. Mirren untuk menjadi manajer [3].

St. Mirren (1974-1978)

Kariernya di St. Mirren berlangsung gemilang, selama 4 musim menangani klub tersebut (1974-1978). Ferguson mengangkat klub kecil yang tadinya hanya ditonton oleh 1000 orang dalam pertandingan kandanganya itu menjadi juara Liga Skotlandia pada musim 1977 dengan permainan menyerangnya. Selain itu ia berjasa dalam menemukan bakat-bakat muda dalam diri Billy Stark, Tony Fitzpatrick, Bobby Reid dan Peter Weir. Kesuksesan Ferguson dalam mengangkat St. Mirren ternyata berujung pada pemecatan pada tahun 1978 karena konflik internal antara Ferguson sendiri dengan staffnya.[4] Presiden klub St. Mirren, Willie Todd bahkan mengatakan bahwa Ferguson "tidak mempunyai kemampuan manajerial yang baik". Dengan demikian St. Mirren adalah klub satu-satunya yang pernah memecat Ferguson sepanjang karier manajerialnya.

Aberdeen (1978-1986)

Ferguson menjadi manajer Aberdeen menggantikan Billy McNeil yang pindah ke Glasgow Celtic, ia diharapkan untuk mengembalikan masa kejayaan Aberdeen yang menjuarai Liga Skotlandia terakhir kali pada 1955. Namun karena usia Ferguson yang terbilang cukup muda (36 tahun) tetap saja ia kesulitan meraih respek dari para pemain yang beberapa diantaranya lebih tua dari manajer mereka sendiri. Pada musim debutnya, Aberdeen meraih peringkat ke 4 walaupun tidak pernah kalah sebelum Desember 1978. Ferguson juga membawa Aberdeen ke semifinal Piala Skotlandia dan Piala Liga Skotlandia. Pada musim berikutnya Aberdeen kembali kalah dalam final ajang Piala Liga Skotlandia oleh Dundee United setelah pertandingan replay. Ferguson menyalahkan dirinya sendiri yang seharusnya mengubah taktik dan komposisi pemain dalam pertandingan replay tersebut. Setelah pertandingan final itu, performa Aberdeen mengalami peningkatan sampai mereka menjadi juara Liga Skotlandia pada akhir musim 1979/80. Hal ini membuat Ferguson mendapatkan kepercayaan dan respek dari para pemain dan direktur klub. Ia tetap menjadi manajer yang penuh disiplin sehingga pemain-pemainnya menjulukinya "Furious Fergie" atau "Fergie yang Galak". Ia bahkan pernah mendenda salah satu pemainnya, John Hewitt karena mendahuluinya ketika mengendarai mobil di jalan. Ia juga pernah menendang sebuah teko teh kepada para pemainnya saat mereka tampil buruk dalam babak pertama. Ferguson juga menuduh pers mengutamakan 2 klub saja (Rangers dan Celtic) dalam pemberitaannya. Aberdeen terus meraih sukses dalam musim-musim berikutnya. Diantaranya meraih Piala Skotlandia pada musim 1981/82. Trofi ini mengantarkan Aberdeen unutk berpartisipasi lagi dalam ajang Eropa, kali ini di ajang Piala Winners. Performa Fergie bersama Aberdeen mendapat sorotan media setelah mereka secara mengejutkan menyingkirkan Bayern München setelah klub itu mengalahkan Tottenham Hotspur 4-1 dalam ronde sebelumnya. Kesuksesan ini mendatangkan kepercayaan diri pada skuab Aberdeen yang percaya mereka dapat meraih sukses dalam ajang Piala Winners. Hal yang menjadi kenyataan ketika pada 11 Mei 1983 mereka sukses mengalahkan raksasa Spanyol, Real Madrid 2-1 dalam final. Aberdeen menjadi klub ketiga Skotlandia yang meraih sukses Eropa setelah Rangers dan Celtic. Dalam kompetisi domestik Aberdeen berhasil mempertahankan mahkota juara Piala Skotlandia dengan kemenangan 1–0 atas Rangers di final. musim berikutnya Aberdeen kembali meraih gelar juara Piala Skotlandia untuk ke tiga kalinya secara berturut-turut, dan meraih gelar juara Liga Skotlandia. Hal ini membuat Ferguson dianugerahi gelar OBE pada 1984. [5] Fergie kembali membawa Aberdeen mempertahankan gelar juara Liga Skotlandia pada musim 1984-85. Musim berikutnya (1985/86) mereka gagal dalam ajang Liga, posisi 4 dalam klasemen, walaupun mereka meraih juara Piala Liga dan Piala Skotlandia pada tahun yang sama. Pada musim yang sama, Ferguson adalah salah satu staf pelatih dalam tim nasional Skotlandia ketika menghadapi ajang Piala Dunia 1986. Namun meninggalnya pelatih utama mereka, Jock Stein, membuat Ferguson ditunjuk menjadi pelatih utama Skotlandia pada Piala Dunia 1986. Ia kemudian menunjuk Archie Knox menjadi asisten manajer yang mana adalah juga asistennya di Aberdeen. Karena jasa-jasanya di Aberdeen, Ferguson kemudian diusulkan untuk menjadi salah satu direktur di klub tersebut, namun Fergie menolaknya dan mengatakan bahwa ia berniat untuk pindah dari Aberdeen pada akhir musim 1985/86. Walaupun ia tetap berada bersama Aberdeen pada awal musim 1986/87, namun pada November 1986, Ferguson akhirnya menerima pinangan Manchester United untuk menjadi manajer mereka menggantikan jabatan yang dipegang Ron Atkinson.

Manchester United (1986-sekarang)

Awal karier di Manchester United

Pusat Latihan Manchester United, The Cliff
Awal kariernya di Old Trafford tidaklah semulus yang ia kira. Saat itu MU terbelit dalam masalah alkohol yang kritis. Beberapa pemain andalan mereka (Norman Whiteside, Paul McGrath dan Bryan Robson), mempunyai hobi menenggak minuman keras dan mempunyai level kebugaran yang "menyedihkan". Ferguson, bersama-sama dengan Archie Knox yang diangkat menjadi asisten manajer saat itu, secara perlahan-lahan mengubah kebiasaan buruk itu dan menanamkan disiplin ketat bagi para pemain, hal yang masih berlaku sampai saat ini di MU. Pertandingan debutnya berakhir dengan kekalahan 2-0 atas klub underdog, Oxford United. Diikuti oleh hasil imbang 0-0 7 hari berikutnya melawan Norwich City. Kemenangan pertama United dibawah asuhan Fergie hadir pada 22 November 1986 ketika Red Devils mengalahkan Queens Park Rangers 1–0 di Old Trafford. Selain itu Fergie juga berhasil memenangkan pertandingan tandang satu-satunya yang mereka raih musim itu. Yang istimewa, lawan mereka adalah rival abadi United, Liverpool pada Boxing Day, hal yang mana telah dijanjikan oleh Fergie ketika konferensi pers pertamanya sebagai manajer United yaitu "akan menggantikan Liverpool sebagai klub Inggris paling dominan mulai saat ini". Dalam musim perdananya di United, Fergie membawa MU duduk di peringkat 11, setelah sebelumnya mereka sempat terdampar di peringkat 21. Musim berikutnya Ferguson mendatangkan beberapa pemain baru untuk membela United. Mereka adalah Steve Bruce, Viv Anderson, Brian McClair dan kiper Jim Leighton. Dengan tambahan pemain-pemain baru ia meraih posisi 2 dibelakang Liverpool yang menjadi juara Liga Inggris. Musim 1988/89 Ferguson kembali mendatangkan pemain baru, kali ini Mark Hughes yang kembali bergabung dengan United setelah penampilan mengecewakan selama 2 tahun di FC Barcelona. United diunggulkan untuk menjadi juara pada musim itu namun penampilan mereka mengecewakan dan akhirnya kembali terdampar di posisi 11 pada klasemen akhir. Pada awal musim, United tampil dalam partai persahabatan melawan tim nasional Bermuda dan Somerset County dimana Fergie turun sebagai salah satu pemain saat laga melawan Somerset. Ini merupakan satu-satunya penampilan Fergie berseragam Setan Merah dalam pertandingan.

Awal Kejayaan

Ferguson di Old Trafford
Musim 1989/90, Ferguson kembali mendatangkan pemain baru ; Paul Ince, Mike Phelan, Neil Webb dan bek Gary Pallister. Pada awal musim United berhadapan dengan juara bertahan Arsenal dimana Setan Merah berhasil menang 4-1 namun performa United menurun dan setelah kekalahan memalukan 5-1 dari rival sekota Manchester City, spanduk yang meminta Fergie untuk mundur mulai bermunculan di Old Trafford. Fergie sendiri menggambarkan bulan Desember 1989 adalah "masa-masa tergelap selama kariernya dalam dunia sepak bola" dimana United manjadi salah satu calon klub yang akan mengalami degradasi dari Liga Inggris. Dewan direktur klub tetap mempercayai Fergie sebagai manajer. Mereka bisa mentoleransi penampilan buruk klub karena beberapa pemain kunci cedera dan mereka juga puas atas peran serta Ferguson yang mengubah sistem pelatihan dan pencarian bakat di United. Kepercayaan dewan direksi klub dijawab Ferguson dengan kemenangan 1–0 pada final replay Piala FA melawan Crystal Palace yang saat itu diperkuat oleh Ian Wright. Raihan trofi ini adalah yang pertama untuk Fergie selama menangani United dan disebut-sebut sebagai trofi penyelamat kariernya di MU. Pada awal musim 1990/91 Fergie mendatangkan kiper asing dari Denmark, Peter Schmeichel untuk mengawal gawang United dan Andrei Kanchelskis untuk mengisi pos sayap kanan. Raihan trofi pertama membuat para fans berharap banyak pada musim berikutnya 1990/91, dimana sekali lagi United menghadirkan performa impresif ketika mengalahkan Arsenal di Highbury, 6-2. Namun performa yang kurang konsisten membuat United menderita kekalahan dari klub gurem Sunderland, Liverpool juga mengalahkan mereka 4-0 di stadion Anfield diikuti kekalahan dari klub sekota Liverpool, Everton di Old Trafford, 2-0. Kekalahan melawan Everton ini merupakan debut dari sayap kiri muda yang fenomenal, Ryan Giggs di tim utama setelah dipromosikan oleh Fergie dari skuat junior mereka. Performa inkonsisten mereka di Liga Inggris ternyata tidak berpengaruh pada penampilan mereka dalam ajang eropa. United melaju hingga partai final yang mempertemukan mereka dengan FC Barcelona dalam ajang Piala Winners dimana Setan Merah mengalahkan wakil Spanyol itu 2-1. Sayangya United kembali mengalami kegagalan pada musim berikutnya, walaupun sukses dalam ajang Piala Liga dan Piala Super Eropa, United gagal mempertahankan performa mereka dalam kompetisi domestik. Setelah gagal merekrut Alan Shearer, United mendatangkan penyerang Dion Dublin pada musim panas 1992. Penampilan sayap kiri muda Ryan Giggs semakin impresif setelah Fergie melepas Lee Sharpe, yang berposisi sama dengan Giggs, pada musim 1990/91. Dengan skuat yang ada saat itu, fans United mulai yakin akan performa Setan Merah dalam meraih trofi pertama mereka sejak musim 1966/67. Setelah performa buruk pada paruh pertama musim (peringkat 10 dari 22 klub), Fergie mendatangkan pemain baru pada Januari 1993, Eric Cantona (yang menjuarai Liga Inggris musim sebelumnya bersama rival United, Leeds United) sebesar £1.2 Juta. Penampilan Cantona bersama Mark Hughes di lini depan dan mental juaranya yang kental, langsung berimbas pada performa United secara keseluruhan yang langsung melejit memuncaki daftar klasemen dengan keunggulan 10 poin dari peringkat 2 Aston Villa dan akhirnya menjadi juara Liga Premier Inggris yang pertama kalinya. Ini juga trofi Liga Inggris yang ke 8 sepanjang sejarah klub dan menjadi trofi Liga pertama untuk Fergie sejak ia datang sebagai manajer United pada 1986. Musim 1993/94 Ferguson memperkuat skuat United dengan mendatangkan gelandang emosional, Roy Keane dari Nottingham Forest sebesar £3.75 juta sebagai calon pengganti kapten United saat itu, Bryan Robson yang mulai memasuki masa pensiun. United langsung memimpin klasemen liga dari awal musim sampai akhir musim 1993/94. Cantona menjadi pencetak gol terbanyak dengan 25 gol. (Walaupun 2 kali terkena kartu merah dalam jangka waktu 5 hari). Fergie juga memimpin United tampil dalam final ajang Piala FA dengan mengalahkan Chelsea 4-0. Ini merupakan gelar double pertama di United setelah dulu pernah mencapai prestasi serupa di Aberdeen.

skuat angkatan 1992

Ryan Giggs anggota skuat '92 menjadi pemain terbanyak yang tampil untuk United
Musim 1994/95 merupakan ujian berat bagi Fergie, karena Cantona harus absen selama 8 bulan karena menendang seorang suporter Crystal Palace di Selhurst Park, kandang Palace. Selain larangan tampil selama 8 bulan, Cantona juga mendekam di penjara selama 12 hari dan harus menjalankan tugas sosial selama 120 jam. Untuk mengisi posisi Cantona, maka United mentransfer Andy Cole dari Newcastle United sebesar £7 juta plus Keith Gillespie untuk Newcastle. Selain itu musim ini juga menjadi musim debut para pemain muda dari skuat 1992 yang menjuarai Piala FA Junior : Paul Scholes, Gary Neville, Nicky Butt dan David Beckham setelah sebelumnya Ryan Giggs (yang berpromosi dari skuat 92) telah mendapat tempat reguler dalam tim inti United. Namun United gagal mempertahankan gelar juara setelah imbang 1-1 melawan West Ham United pada pertandingan terakhir musim itu. Fergie juga gagal dalam final Piala FA dari Everton 1–0. Musim berikutnya (1995/96) Fergie mengejutkan para fans dengan melepas beberapa pemain inti United. Paul Ince di transfer ke Inter Milan sebesar £7.5 juta, diikuti oleh Mark Hughes yang dilepas ke Chelsea sebesar £1.5 juta dan terakhir Andrei Kanchelskis ke Everton. Pertandingan pertama United membuat dugaan media dan fans mereka seperti terbukti, kalah oleh Aston Villa 3-1, United dicap "tidak akan memenangkan apapun dengan skuat belia". Para pemain belia itu menunjukkan bukti sebaliknya dengan memenangkan 5 pertandingan berturut-turut, termasuk membalaskan dendam kepada Everton, 3-2 setelah gagal dalam final Piala FA dan menang 2-1 atas juara bertahan yang terpuruk di dasar klasemen, Blackburn Rovers. Pada Desember 1995, kembalinya Cantona memperbaiki performa United di liga, dimana mereka tertinggal 10 poin dari kandidat juara, Newcastle United. Sampai pada Januari 1996 jarak poin itu pun mengecil dengan hanya selisih 1 poin saja setelah Setan Merah menang pada pertandingan tandang 1–0 melawan sesama kandidat juara, Newcastle. Pada akhir musim pasukan belia United sukses meraih gelar juara Liga Inggris setelah menuntaskan perlawan Middlesbrough yang dimanajeri mantan kapten United, Bryan Robson 3-0. Fergie juga meraih gelar Piala FA mengalahkan Liverpool 1–0, lewat gol Cantona. Musim 1996/97 Fergie mendatangkan seorang penyerang belia dari Norwegia, Ole Gunnar Solskjaer yang akhirnya secara mengejutkan menjadi top skorer klub pada akhir musim serta seorang bek bernama Ronny Johnsen. Awal musim dimulai lewat penampilan impresif gelandang kanan dari United, David Beckham, yang memakai kostum no. 10 milik Mark Hughes, lewat gol dari tengah lapangan melawan Wimbledon. United menang 2-0. Setan Merah kembali berhasil meraih gelar juara Liga Premier Inggris ke 4 mereka dalam 5 musim, menegaskan dominasi United dalam ajang Liga Premier Inggris. Dalam pertandingan di kancah Liga Champion mereka berhasil mencapai semfinal sebelum dikalahkan oleh wakil Jerman, Borussia Dortmund yang akhirnya menjadi juara pada musim itu. Pada akhir musim ini, Eric Cantona, kapten United saat itu, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemain dengan alasan sudah kehilangan motivasi dan gairah dalam bermain sepak bola. Jabatan sebagai kapten United saat itu dialihkan kepada gelandang emosional, Roy Keane sementara kiper Peter Schmeichel sebagai wakil kapten. Nomor kostum 7 milik Cantona diserahkan kepada David Beckham yang saat itu mulai menanjak performa dan popularitasnya bersama United.

The Treble

Ferguson dengan mantan asistennya Carlos Queiroz
Mengawali musim 1997/98 dengan skuat belia yang makin matang, Fergie menambah kedalaman skuat dengan mentransfer penyerang Inggris, Teddy Sheringham, yang memakai kostum no. 10 milik Beckham, untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Cantona dan bek Henning Berg dari Norwegia. Musim ini berakhir dengan kegagalan bagi United dalam semua ajang.
Pada musim panas 1998, Fergie kembali mentransfer seorang penyerang, Dwight Yorke dari Aston Villa, bek tangguh dari Belanda, Jaap Stam dan winger serba bisa Jesper Blomqvist dengan total nilai transfer mencapai hampir £30 juta. Dengan kedalaman skuat United mereka, Setan Merah mencapai kesuksesan mereka pada musim ini dengan raihan 3 trofi juara dalam semusim (dikenal dengan nama "The Treble") lewat beberapa pertandingan yang meguras emosi Fergie. Pertama adalah saat United berhadapan dengan Juventus di semi final Liga Champion. Menit-menit awal merupakan mimpi buruk bagi United ketika Juve unggul dengan 2-0, namun lewat penampilan heroik sang kapten United, Roy Keane, Setan Merah berhasil membalikkan keadaan dengan unggul 3-2 dan melaju ke final pertama mereka di ajang Liga Champion sejak tahun 1968. Keane sendiri, bersama Paul Scholes, gagal tampil dalam laga final melawan Bayern München. Pada ajang semifinal Piala FA, Keane dikartu merah saat melawan rival domestik United, Arsenal dan menyebabkan pinalti pada menit-menit akhir laga. Peter Schmeichel kemudian tampil sebagai pahlawan dengan menghadang pinalti tersebut dan Ryan Giggs mencetak gol sensasional penutup laga setelah sendirian ia mendribel bola melewati sebagian pemain Arsenal. United kemudian memenangkan final Piala FA setelah mengalahkan Newcastle United lewat gol Sheringham dan Scholes, 2-0. Sebelum Final Piala FA Fergie telah memastikan diri sebagai Juara Liga Inggris. Laga final Liga Champion diawali lewat gol Bayern München pada menit-menit awal. Pada saat turun minum, Fergie memompa semangat skuatnya dan memasukkan dua penyerang, Sheringham dan Solskjaer untuk mengejar ketinggalan dari Bayern. Pilihan Fergie terbukti jitu, saat laga memasuki 3 menit tambahan (injury time), Beckham melambungkan bola dari sepak pojok yang kemudian disambar oleh Teddy Sheringham, 1-1. Bayern yang dalam tekanan hebat dari United kembali terkena sepak pojok, yang kembali diambil oleh Beckham. Bola lambung dari Beckham kali ini diarahkan ke mulut gawang Bayern yang dijaga oleh Oliver Kahn, yang tidak mengantisipasi pergerakan Solskjaer di depan gawangnya. Umpan itu pun disontek pelan oleh Solskjaer ke dalam gawang Bayern sehingga membalikkan keadaan menjadi 2-1 pada menit tambahan ke 3. Pita merah-hitam yang melambangkan warna seragam Bayern, yang telah melilit Piala Liga Champion pun diganti oleh warna merah-putih, warna kebesaran Manchester United. Pada akhir musim Alex Ferguson dianugerahi gelar kebangsawanan Inggris, namanya pun resmi menjadi Sir Alex Ferguson. Musim ini juga menjadi musim terakhir bagi Peter Schmeichel di United, ia memilih pindah ke klub liga Portugal, Sporting Lisbon. Fergie kemudian mengambil Mark Bosnich dari Aston Villa untuk menggantikan posisi Schemeichel.
Pada musim 1999/00 dominasi United bersama Fergie semakin terlihat di klasemen akhir Liga Inggris, dimana Setan Merah unggul jauh atas rival mereka dengan 18 poin. Pada Desember 1999 United meraih trofi Piala Toyota mereka yang pertama dalam sejarah klub dengan mengalahkan Palmeiras di final. Giggs keluar sebagai pemain United pertama yang meraih gelar pemain terbaik pada ajang ini. Kepiwaian Fergie dalam mengembangkan United sebagai merek global tutur mendongkrak performa klub pada ajang kompetisi. Hal ini membuat United menjadi magnet bagi pesepak bola terbaik dunia untuk bergabung di Old Trafford. Pada akhir musim Fergie mendatangkan Ruud van Nistelrooy dari PSV Eindhoven seharga £18 juta, rekor pembelian pemain bagi klub Inggris saat itu, namun karena cedera maka United menunda kedatangan Nistelrooy setahun berikutnya. Fabien Barthez juga didatangkan dari AS Monaco senilai £7.8 juta, menjadikannya sebagai kiper termahal dunia saat itu. Barthez menggantikan posisi Bosnich dan Massimo Taibi sebagai kiper yang tampil buruk sepanjang musim. Musim 2000/01 diakhiri United dengan raihan Liga Premier Inggris untuk yang ketiga kalinya secara beruntun. Fergie jelas menjadi figur penting dalam raihan trofi United selama 3 musim terakhir. Namun performa United pada Liga Champion menemui kegagalan setelah kalah pada perempat final oleh Real Madrid pada musim 1999/00 dan Bayern München pada musim 2000/01. Pada akhir musim 2000/01 United mentransfer Juan Sebastián Verón dari Lazio senilai £28.1 juta. Verón menjadi pemain termahal yang pernah dibeli oleh Fergie saat itu.Ia bergabung bersama dengan van Nistelrooy yang telah sembuh dari cederanya tahun lalu.

Masa Transisi

Beckham (23) and Zinedine Zidane(5) di Real Madrid pada Agustus 2003
Pada awal musim 2001/02 diwarnai dengan penjualan kontroversial bek Jaap Stam ke Lazio seharga £16 juta, yang mana membuat keseimbangan skuat Fergie terganggu. Absennya Stam di lini belakang United tidak mampu ditutupi oleh bek United lainnya dan keputusan ini pun disesali kemudian oleh Ferguson yang kerepotan mencari suksesor sang bek. Performa United menukik tajam dengan menempati peringkat 9 pada paruh musim. Performa United membaik seiring bergabungnya bek tua (36 tahun) Laurent Blanc dari Inter Milan pada Januari 2002 dan United pun menang dalam 8 laga Liga sehingga melaju ke peringkat atas Klasemen Liga. Namun hasil tersebut hanya bisa membawa United berakhir di peringkat 3 klasemen. Musim ini pun seharusnya menjadi musim terakhir Fergie menangani United karena faktor usia dan penurunan prestasi. Namun Fergie membatalkan niatnya unutk mundur dan tetap menangani United untuk 3 tahun ke depan. Pada akhir musim Fergie mencetak rekor pembeliannya selama menangani United dengan merekrut bek Tim Nasional Inggris, Rio Ferdinand sebesar £30 juta dari rival mereka Leeds United dan menjadikannya sebagai bek termahal dunia saat itu. Ferguson juga menunjuk Carlos Queiroz sebagai asisten manajer bagi United. Hasilnya terlihat pada musim 2002/03 dimana United berhasil menjadi juara Liga, dimana 2 bulan sebelum liga berhasil mereka tertinggal 8 angka dari kandidat juara Arsenal. Namun lewat penampilan tak terkalahkan sejak Desember, United berhasil meraih trofi juara Liga Inggris. Fergie sendiri sangat puas atas raihan trofi juara 2002/03 ini, karena kritikan tajam kepada Fergie sebelum awal musim yang dituduh telah kehilangan ambisi dalam menangani United. Pada akhir musim ini, Fergie secara mengejutkan melepas gelandang kanan United, David Beckham ke klub Spanyol, Real Madrid sebesar 35 juta Euro, menyusul insiden dimana Fergie, yang sedang mengamuk pada istirahat babak pertama ketika United berjumpa Arsenal dalam ajang Piala FA, secara tak sengaja menendang sepatu sehingga melukai pelipis kanan Beckham. Untuk mengisi posisi Beckham, Fergie secara tak terduga mentransfer seorang anak muda berbakat dari Sporting Lisbon, Cristiano Ronaldo sebesar £12.24 juta. Menjadikannya orang Portugal pertama yang bermain untuk United. Ia juga diberikan seragam no. 7 yang dulu dipakai oleh para legenda klub, seperti Beckham, Cantona dan George Best. Bulan Januari Fergie kembali mendatangkan penyerang Louis Saha unutk menggantikan posisi Solskjaer yang cedera. Musim itu berakhir dengan kegagalan United pada Liga Inggris dengan menempati posisi 3 klasemen akhir. Pada ajang Liga Champion United juga mengalami kegagalan di tangan FC Porto yang saat itu ditangani oleh Jose Mourinho. Pada akhir musim itu Fergie berhasil mentransfer bintang muda Inggris, Wayne Rooney dari Everton senilai £20 juta. Rooney menjadi target transfer sejumlah klub besar Eropa tapi Fergie berhasil meyakinkan Rooney unutk bergabung bersamanya di United. Tapi absennya penyerang utama, van Nistelrooy membuat Setan Merah finish di peringkat 3 selama 3 tahun beruntun. Pada akhir musim ini, Malcolm Glazer berhasil menguasai saham mayoritas dari Manchester United, hal ini mengundang gelombang protes dari para fans United yang khawatir biaya transfer pemain untuk United menjadi terbatas. Pada awal musim ini Fergie mendatangkan kiper sarat pengalaman, Edwin van der Sar dari Fulham dan gelandang serba bisa Park Ji Sung yang di transfer dari PSV. Musim ini merupakan musim transisi dari United, pada November 2005 Roy Keane memutuskan unutk hengkang dari United dab bergabung dengan Glasgow Celtic. Akibatnya United gagal melaju dari babak play-off Liga Champion. Nemanja Vidić dan Patrice Evra bergabung dengan skuat United pada bulan Januari 2006 dan Fergie berhasil membawa United menjadi runner-up Liga Inggris dibawah Chelsea dan menjuarai Piala Liga Inggris. Masa depan van Nistelrooy di United meenjadi tak menentu, terutama karena performa Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney yang sudah mendapat tempat utama di skuat Fergie. Pada akhir musim van Nistelrooy pindah ke Real Madrid.

Gelar Eropa kedua

Awal musim 2006/07 menjadi suatu ujian bagi sisi manajerial Fergie. 2 orang pemain utamanya Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney terlibat perselisihan pada ajang Piala Dunia 2006. Insiden itu membuat rumor soal kepergian Ronaldo dari United makin membesar. Namun Fergie berhasil membujuknya agar bertahan di United dan mendamaikan kedua orang itu. Keberhasilan Fergie meredam emosi keduanya menjadi bahan bakar utama skuat United dalam menjalani awal musim baru. Kepergian Roy Keane pada November 2006, membuat Fergie mengincar gelandang Tottenham Hotspurs, Michael Carrick. Dan pada awal musim Carrick resmi bergabung dengan skuat Setan Merah dengan nilai transfer £14 juta. Awal musim berlangsung baik bagi United yang untuk pertama kalinya memenangkan 4 pertandingan liga secara beruntun. Sekali lagi Fergie membuktikan dirinya sebagai master dalam mendatangkan pemain yang cocok dengan skema permainan yang diinginkan. Hasil transfer pada Januari 2006 berperan besar atas pencapaian United, mereka membentuk lini belakang solid bersama dengan kiper Edwin van der Sar, Rio Ferdinand dan kapten Gary Neville. Sementara Carrick menghadirkan stabilitas permainan di lapangan tengah, bahu membahu dengan Ronaldo, Giggs, Park Ji Sung dan Scholes menyokong Rooney di lini depan. Pada akhir musim United tidak terkejar dan mengamankan gelar juara Liga Inggris. Pada ajang Eropa, Fergie mengantarkan United mencapai semifinal dengan mencetak rekor kemenangan atas AS Roma 7-1 pada laga perempat final di Old Trafford. Pada laga semifinal United kalah dari AC Milan dengan agregat 3-5 setelah unggul 3-2 di Old Trafford. Walaupun begitu hasil ini merupakan tanda kebangkitan dari Setan Merah setelah beberapa tahun belakangan kalah bersaing dari Arsenal, Liverpool dan Chelsea.
Ronaldo berhadapan dengan Albert Riera dari Liverpool.
Awal musim 2007/08, Fergie kembali mendatangkan pemain untuk memperkuat skuatnya. gelandang bertahan Owen Hargreaves yang sukses bersama tim nasional Inggris di Piala Dunia 2006,sayap serba bisa Nani dari Portugal, gelandang serang Anderson dari Brasil dan penyerang Carlos Tevez resmi bergabung dengan Fergie di Old Trafford. Dengan kedalaman skuatnya, Fergie mengincar pencapaian gelar Eropa kedua bersama Setan Merah. Namun harapan Fergie sepertinya akan terbang seiring dengan performa dibawah standar United yang hanya meraih hasil imbang dalam 2 laga awal serta kalah 0-1 dari rival sekota Manchester City. Namun Fergie berhasil memotivasi skuatnya dan penampilan United sonta berubah drastis menjadi kompetitor dalam meraih gelar juara Liga Inggris bersama Arsenal dan Chelsea. Musim ini juga merupakan musim terbaik dari Cristiano Ronaldo yang secara luar biasa mencetak 42 gol dalam semua ajang yang diikuti oleh United, meraih trofi Sepatu Emas sebagai top-scorer Eropa, top-scorer Liga Inggris (35 gol) dan menjadi kandidat Pemain Terbaik Dunia FIFA. Pada akhir musim, Fergie kembali tampil di Final Liga Champion berhadapan dengan Chelsea, Ronaldo membawa United unggul 1–0 pada babak pertama sebelum disamakan oleh Chelsea pada babak kedua. Lewat drama adu pinalti, Fergie sukses memenangkan gelar Liga Champion keduanya sepanjang kariernya sebagai manajer. Fergie juga berhasil membawa United meraih trofi Piala Dunia Antarklub yang pertama bagi United. Pada akhir musim ini Fergie mengumumkan dirinya akan mundur dari jabatan manajer Manchester United pada tahun 2011, sesuatu yang kemudian diralatnya sendiri dengan mengatakan akan terus menjadi menajer United selama fisiknya masih memungkinkan. Musim berikutnya Fergie kembali meraih trofi juara Liga Inggris untuk ke 11 kalinya dan mengantar United menyamai rekor Liverpool yang telah menjuarai Liga Inggris 18 kali. Akhir musim 2008/09 juga menjadi musim terakhir bagi Cristiano Ronaldo yang pindah ke Real Madrid dengan rekor transfer dunia sampai saat ini, £80 juta. Menjadikannya pemain termahal yang pernah dijual Fergie selama kariernya sebagai menejer klub. Musim 2009/10 menghadirkan kekecewaan bagi Fergie dimana ia gagal mempertahankan gelar juara Liga Inggris dan melewati raihan trofi Liverpool.

History Of Liverpool FC

Sejarah

 

Masa awal dan pembentukan

Lambang Liverpool F.C.
Liverpool didirikan pada tanggal 15 Maret 1892 sebagai akibat perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Holding sebagai Presiden Klub yang juga pemilik stadion Anfield. Sebelumnya pada tahun 1891 John Houlding, sebagai penyewa dari Stadion Anfield, membeli tanah tersebut secara langsung dan mengusulkan meningkatkan harga sewa dari £ 100 sampai £ 250 per tahun. Everton, yang telah bermain di Anfield selama tujuh tahun, menolaknya dan terjadi perseteruan.
Liverpool tahun 1892-93
Akibat dari perseteruan itu, Everton akhirnya pindah ke stadion Goodison Park dan John Holding menjadikan stadion Anfield sebagai kandang Liverpool sampai sekarang.
Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) menolak mengakui ada dua tim bernama Everton. Pada bulan Juni 1892, John Houlding akhirnya memilih nama Liverpool F.C. sebagai nama baru, dan Liverpool menjelma menjadi kekuatan serius di kompetisi sepak bola Inggris.
Mengawali debutnya sebagai klub sepak bola profesional Liverpool bermain di Liga Lancashire dan berhasil menjadi juara sebelum akhirnya bergabung dengan Divisi II Liga Inggris (sekarang bernama Football League Championship) pada musim 1893-94. Pada musim pertamanya di Divisi II, Liverpool langsung menjadi juara dan berhak untuk promosi ke Divisi I (sekarang bernama Liga Primer Inggris). Liverpool tidak menunggu lama untuk menjadi juara liga, karena pada musim pertamanya di Divisi I ini (1900-01), Liverpool sukses menjuarai Divisi I dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian.

Masa perkembangan

Final Piala FA pertama dilakukan pada tahun 1914, meskipun akhirnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah itu Liverpool berhasil meraih juara liga 2 musim berturut-turut yaitu musim 1921-22 dan 1922-23, namun tidak mendapatkan tropi lagi sampai musim 1946-47 ketika berhasil meraih gelar liganya yang ke 5[10]. Setelah berada di Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akhirnya Liverpool mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada musim 1953-54.
Beberapa saat setelah Liverpool dikalahkan oleh Worcester City, klub di luar Football League pada Piala FA musim 1958-59, Bill Shankly ditunjuk sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas 24 pemain lama dan menggunakan sebuah ruangan di stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di kemudian hari.
Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya seperti Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai membangun kekuatan Liverpool yang membuat iri tim lain. Hasil dari renovasi yang dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil ketika berhasil promosi kembali ke Divisi I pada musim 1961-62 dan menjadi juara liga pada musim 1963-64.

Masa kejayaan

Patung mantan manajer Bill Shankly, diluar Stadion Anfield
Liverpool meraih era terbaiknya saat dibawah manajer Bill Shankly. Pelatih ini kemudian menjadi legenda Liverpool. Ia sangat dihormati karena berhasil membawa Liverpool kembali ke divisi satu setelah sebelumnya berada di divisi dua selama 8 musim. Untuk menghormati jasanya, dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield. Pemain-pemain yang terkenal pada masa ini termasuk Ray Clemence, Mark Lawrenson, Graeme Souness, Ian Callaghan, Phil Neal, Kevin Keegan, Alan Hansen, Kenny Dalglish (102 cap), dan Ian Rush (346 gol)

Era Bill Shankly

Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 dan menjuarai liga pada musim 1965-66, Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara liga dan Piala UEFA pada musim kompetisi 1972-73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar Piala FA setelah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa gelar Piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun.
Pemain dan Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun pada tahun 1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.

Era Bob Paisley

Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada saat itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool dari tahun 1974 sampai 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar untuk Liverpool. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool FC, ia memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champions, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut.
Dengan semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti: Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuat muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.

Era Joe Fagan

Paisley pensiun pada tahun 1983 dan digantikan oleh asistennya Joe Fagan[15]. Sebagai penerus Bob Paisley, Joe Fagan yang pada saat itu berusia 62 tahun, di musim pertamanya berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga Inggris, juara Piala Liga dan juara Piala Champions. Raihan ini menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepak bola pertama di Inggris yang berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 musim kompetisi.
Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di Stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool dan Juventus F.C. ini menewaskan 39 orang, sebagian besar adalah pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akhirnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Heysel.
Setelah peristiwa mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan tongkat manajerial selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai manajer-pemain. Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC kepada Kenny Dalglish yang pada saat itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih harus membuktikan kapabilitas sebagai seorang manajer.

Era Kenny Dalglish

Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada musim kompetisi 1985-86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, bisa dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala Champion pada saat itu.
Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forest F.C. tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun.
Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepak bola di negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion karena kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri.
Setelah menjadi saksi hidup dari tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepak bola pada saat itu, karena Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris.
Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu adalah tidak bisa lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani oleh pelatih tim utama Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.

Masa liga primer

Perginya 'King' Kenny Dalglish dan 2 tragedi yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) sepertinya memberikan trauma, hukuman atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool FC. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA pada tahun 1992, tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan strategi yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak konsisten pada musim itu. Hal lain yang memperburuk hubungan Souness dan Liverpudlian adalah ketika Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran The Sun.
Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai Tragedi Hillsborough. Pada 28 Januari 1994, Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari Piala Liga Inggris dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir talenta muda diantaranya : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada musim 1994-95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga Inggris dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yaitu pass and move. Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut Spice Boys.
Selain semakin matangnya pemain seperti : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda bernama Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada musim kompetisi 1998-99 Liverpool FC menarik pelatih asal Perancis, Gérard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai joint manager. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok bekerjasama dengan Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain seperti : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard.
Pada tahun 2001, musim ke-2 Houllier sebagai manajer tunggal, Liverpool memenangi "Treble" yaitu : Piala FA, Piala Liga and Liga Eropa UEFA . Tahun 2001 menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan prestasi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris, Piala FA, Piala UEFA, Community Shield dan Piala Super UEFA.
Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk dapat meraih gelar juara Liga Utama Inggris yang terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris dan menduduki peringkat ke 4 pada musim 1993-94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions UEFA. Walaupun berhasil memberikan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat mudah diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004, Gérard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.

Era Rafael Benitez

Rafael Benitez datang ke Liverpool FC setelah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi setelah Benitez berhasil membawa Liverpool FC menjuarai Liga Champions UEFA 2004-05 untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil mengalahkan A.C. Milan setelah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol dari kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi pahlawan setelah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko.
Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskwa dengan skor 3-1.
Piala FA tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, Manchester United 1-0, Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match.
Steven Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melakukan tendangan voli untuk gol ke 2 dan melakukan tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 akhirnya pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan fatal, tetapi pada saat adu penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan dicatat sebagai partai final terbaik di era modern Piala FA.
Setelah memenangi Community Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai final Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi musim tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhenti pada tanggal 3 Juni 2010[25] dan digantikan oleh manajer Fulham yaitu Roy Hodgson.
Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett dan Tom Hicks dan pada tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.

Era Roy Hodgson

Pada tanngal 1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu karena sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu. Liverpool FC pun akhirnya mengawali musim 2010-11 dengan sangat buruk.
Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman pengurangan 9 poin dari FA bila tidak bisa menyelesaikan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson sepakat untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya sampai akhir musim.

Kembalinya sang raja

Tepat tanggal 8 Januari 2011 Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC untuk yang ke 2 kalinya. Walaupun pada pertandingan perdana mengalami kekalahan di Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish berhasil mengembalikan performa pemain dan ciri khas 'pass and move' Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny Dalglish berhasil mengangkat Liverpool FC dari zona degradasi ke posisi 6 klasemen sementara Liga Inggris.
Hasil ini tidak lepas dari keberanian 'King' Kenny Dalglish untuk menjual pemain bintang seperti Fernando Torres kemudian membeli Luis Suarez dari Ajax Amsterdam dan Andy Carroll dari Newcastle United. Keberanian dalam hal memasang pemain muda seperti: Martin Kelly, Jay Spearing, dan Danny Wilson pun layak diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat banyak pihak mendesak agar 'King' Kenny Dalglish di kontrak secara permanen sebagai manajer Liverpool FC.
Setelah mengakhir liga di posisi ke-8 pada musim 2011-12, posisi terburuk di liga selama 18 tahun terakhir, Dalglish diberhentikan sebagai manajer Liverpool. Dalglish digantikan oleh manajer Swansea City yaitu Brendan Rodgers.

Tragedi

Klub ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu dalam Tragedi Heysel pada 1985 dan Tragedi Hillsborough pada 1989. Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di ajang kejuaraan Eropa selama 5 tahun.